Kamis, 28 Juni 2007

Aku dan Adiku

Namaku Ani, mahasiswi tingkat tiga di sebuah perguruan tinggi negeri di Bandung. Aku dan saudaraku empat bersaudara, aku anak nomor tiga. Kakakku yang paling besar, Kak Ina sudah menikah dan tinggal bersama suaminya di Jakarta. Abangku nomor dua, Abang Doni bekerja di Batam, dan adikku Toni yang paling bungsu masih kelas satu SMU negeri di Bandung.

Pertama kali aku melakukan hubungan seks ialah dengan abangku ketika aku masih kelas dua SMU. Saat itu abangku sedang cuti dan pulang ke Bandung, aku sangat senang sekali. Kami bertiga pergi ke Cipanas dan kami menyewa sebuah pondokan di sana. Malam harinya saat aku sedang tertidur lelap di kamarku, aku merasa ada sesuatu di kemaluanku. Mula-mula rasanya enak sekali seperti ada yang membelai dan menghisapnya, tetapi tiba-tiba rasanya sangat sakit seperti ada yang menekan dan berusaha masuk, dan kurasakan juga seperti ada yang sedang menindihku.

Saat aku membuka mataku, aku melihat abangku sedang menindihku dan berusaha memasukkan batang zakarnya, aku cuba meronta tapi tenagaku tidak kuat.
Abang jangan, aduh sakit bang.., sakit..!
Diamlah, jangan menjerit..! kata abangku.
Malam itu kegadisanku diambil oleh abangku sendiri. Tidak ada rasa nikmat seperti yang kubaca di buku, melainkan rasanya sakit sekali. Aku hanya pasrah dan menahan sakit di bahagian liang cicapku ketika abangku bergerak di atas tubuhku. Gerakannya kasar seperti ingin mengoyak-ngoyakkan tubuhku. Aku hanya menangis tersedu-sedu. Saat kulihat tubuh abang mengejang dan kurasakan ada sesuatu yang hangat menyemprot ke dalam liang cicapku, semakin hancurlah perasaan hatiku.

Pagi harinya aku hanya terdiam di kamar, karena tubuhku rasanya lemah dan sakit. Saat abang mengajakku pergi, aku hanya memalingkan wajahku dan menangis. Pagi harinya abang masuk ke kamarku, dia minta maaf atas kejadian semalam, tapi aku hanya diam saja. Malam harinya abang datang lagi ke kamarku. Aku sangat takut, tapi dia hanya tersenyum dan mencoba mencium bibirku, aku kembali meronta. Aku memaki-maki abang, tapi dia tidak peduli dan kembali mencium bibirku sambil meremas payudaraku, lama-lama aku menjadi terangsang karenanya. Dan malam itu kembali aku dan abang melakukannya, tapi lain dari malam yang kemarin, malam ini aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dan kami melakukannya dua sampai kali.

Sebelum abang kembali bekerja di Batam, ketika mengantar abang di Bandara, aku malah meminta hadiah perpisahan darinya. Aku ketagihan. Di kamar mandi Bandara kami melakukannya lagi, Ah bang Doni.., terus Mas.. akh..
Akh Ani, kamu cantik sekali, akh... Ani, abang mau keluar, akh..!
Ani juga bang.., akh... bang, Ani keluar bang.., akhh..!
Bang Doni memelukku erat-erat, begitu juga diriku. Setelah beberapa saat kami berciuman dan kembali lagi ke ruang tunggu dengan alasan habis dari kantin beli makanan. Aku hanya bisa menangis saat abang pergi, tapi aku juga sangat bahagia dengan hadiah yang diberikannya.

Sejak saat itu aku seperti ketagihan dengan seks, dan untuk melampiaskannya aku hanya dapat melancap di kamar mandi. Beberapa kali aku melakukannya lagi dengan abang pada saat ia pulang ke Bandung. Sekarang aku sudah punya pacar dan kami mulai melakukannya, tapi aku jarang merasakan kenikmatan seperti yang kudapatkan dari abang. Dan saat adikku mulai meningkat dewasa, aku melihat tubuh abang, tapi adikku lebih tampan dan gagah bila dibandingkan dengan abang. Aku sering merasa terangsang, tapi hanya bisa kutahan dan lagi-lagi hanya bisa kulampiaskan dengan jalan melancap. Entah berapa lama aku bisa menahan keinginan untuk melakukannya dengan adikku.

Sampai suatu hari, saat orang tuaku sedang tidak ada di rumah, adikku baru pulang sekolah dan aku menyiapkan makan siang untuknya. Karena hari itu terasa panas, aku hanya menggunakan celana pendek dan t-shirt tanpa memakai BH. Saat adikku kusuruh makan, Toni menolak karena sudah makan di luar bersama teman-temannya, dan akhirnya aku makan sendiri, sedangkan adikku asyik berenang. Selesai makan aku buatkan jus jeruk dan kuantarkan ke kolam renang. Sambil meminum jus jeruk, aku melihat adikku berenang. Saat Toni keluar dari kolam renang dan duduk di sebelahku sambil meminum jus jeruk dan berjemur, jantungku berdetak semakin cepat dan aku sangat tidak tahan untuk memeluknya.

Tidak kusangka adikku yang dulunya polos, sekarang sudah berubah menjadi seorang cowok yang gagah dan tampan terlebih lagi hobinya adalah berenang. Dadanya terlihat bidang dengan bentuk yang menggairahkan, tubuhnya atletis dan bisa kutebak kalau batangnya juga lumayan besar. Aku hanya dapat memandangnya, wajahnya ditutupi oleh handuk kecil yang digunakannya untuk mengeringkan tubuhnya. Aku sudah tidak tahan lagi dan aku tidak peduli apa yang akan terjadi. Aku membelai dada adikku dan Toni hanya menggelinjang kegelian.

Mbak Ani.., apaan sih.. Geli tau..! Kurang kerjaan, mendingan bikinin aku roti bakar...
Aku sedikit terkejut dan kucubit perutnya, Toni hanya tertawa.
Emang aku pembantumu, enak aja. kataku agak jengkel.
Aku sudah benar-benar tidak tahan, tanpa pikir panjang lagi kutindih tubuh adikku dan kulempar handuk dari wajahnya.
Mbak Ani mau ngapain sih.. tanyanya.
Tanpa sepatah kata pun langsung kucium mulutnya dan kuremas-remas dadanya yang bidang itu. Adikku sangat terkejut dengan apa yang kulakukan dan mendorong tubuhku. Aku tidak peduli, kucium lagi bibirnya dan kali ini adikku tidak bereaksi apa-apa dan mencoba untuk menikmatinya. Aku tahu kalau Toni mulai terangsang, karena kurasakan diantara kedua pahanya ada sesuatu yang bertambah besar.

Kuciumi terus bibir dan lehernya, adikku sedikit kewalahan tapi Toni selalu mencoba membalas ciumanku walau terasa agak kaku.
Baru pertama dicium cewek ya.. tanyaku.
Ah Mbak, terusin aja Mbak..! katanya tidak sabar lagi.
Mendengar ucapannya aku jadi semakin bersemangat, langsung kubuka kaosku, dan adikku hanya bisa melotot melihat payudaraku yang cukup besar.
Wah susu Mbak bagus sekali, baru kali ini Toni melihat susu cewek. katanya.
Kusuruh Toni memegang dan meremasnya, Aduh jangan keras-keras, sakit.. Coba sekarang kamu isep susu Mbak..
Lalu kusodorkan payudaraku ke mulutnya, Toni mengulum dan menghisap puting payudaraku, Akh enak sekali Ton, sshs... akhh terus Ton.., enak sekali...

Kusuruh Toni berhenti, lalu kuciumi lagi bibir dan lehernya, kemudian kuturun ke dadanya dan kuciumi serta kugigit pelan putingnya, Toni hanya bisa mendesah lirih, Akh.. enak Mbak, akhh...
Dengan tergesa aku turun kebawah, kulihat batang kejantanannya yang gagah sudah sedikit tercetak dan memperlihatkan kepalanya di celana renang adikku. Dengan penuh nafsu langsung kutarik celana renang adikku sampai ke lututnya.
Wah.., Ton punya kamu Oke juga nih, lebih bagus dari punya Mas Doni.., begitu pikirku.

Adikku hanya tersenyum dan sepertinya tidak sabar dengan apa yang akan kulakukan. Aku pun lalu membuka celanaku dan sekarang aku telanjang. Toni bangun dari kursi dan duduk, lalu Toni meraba bibir kemaluanku, kemudian kusuruh Toni menjilati bibir kemaluanku. Toni kelihatannya kaget tapi langsung kutarik kepalanya ke arah kemaluanku, dan Toni mulai menjilati permukaan lubang senggamaku.
Akh.., Ton enak sekali terus akh... yaa disitu Ton, enak.., akhh... terus Ton terus akkhh... desahku.

Aku menggelinjang keenakan dibuatnya, rasanya enak sekali dan aku sangat suka jika ada yang menjilati kemaluanku. Aku sudah tidak tahan, kudorong tubuh adikku ke kursi lagi, kemudian kupegang batang kejantanannya dan kuarahkan ke liang senggamaku. Toni kelihatannya sedikit tegang saat kepala kejantanannya menyentuh permukaan bibir kemaluanku. Toni menahan nafas dan mengerang saat aku menekan tubuhku ke bawah, dan batang kejantanannya masuk seluruhnya ke liang kewanitaanku.
Akh... Mbak... enak sekali... hangat.. ayo Mbak terusin..!

Aku lalu bergerak, menggoyangkan pantatku ke atas dan ke bawah, dan kadang kuputar-putar, tangan adikku kusuruh meremas-remas payudaraku dan Toni sangat bernafsu sekali. Aku bergerak semakin lama semaki cepat, tanganku memegang paha adikku untuk tumpuan. Beberapa saat kemudian, nafas adikku mulau memburu dan gerakannya mulai tidak karuan, kadang memegang pantatku, kadang meremas payudaraku, dan aku tahu kalau Toni sudah hampir sampai dan berusaha menahannya.

Akh.. Mbak.., aduh... Toni mau keluar Mbak..!
Tahan Ton.., Mbak sebentar lagi akhh..!
Semakin kupercepat gerakanku, aku mulai liar. Kuremas dadanya dan saat kurasa kenikmatan itu, aku menekan tubuh adikku, dan tubuhku menjadi tegang sambil kuremas paha adikku.
Toni nggak tahan lagi Mbak... akh... Mbak, Toni keluar Mbak akhh..!
Pantatnya terangkat ke atas seperti ingin menusuk kewanitaanku dan kurasakan semprotannya yang cukup keras beberapa kali di dalam rahimku. Begitu juga denganku, otot kemaluanku menekan batangnya dan kurasakan liangku semakin basah, baik oleh cairanku ditambah mani adikku yang menyemprot sangat banyak di lubang senggamaku.

Tubuh kami basah oleh keringat, dan kemudian kupeluk tubuh adikku menikmati sisa-sisa kenikmatan tadi. Nafas adikku mulai teratur dan kurasakan batang kemaluannya mulai mengecil di liang kewanitaanku, namun pantatku masih tetap bergoyang di atas tubuhnya.
Mbak, enak sekali.., makasih ya Mbak, baru pertama kali ini Toni merasakan nikmatnya tubuh perempuan dan nikmatnya melakukan hubungan badan.
Mbak yang harusnya makasih sama kamu, ternyata adik Mbak cukup hebat walau baru pertama kali, tapi Mbak sangat puas sekali dan Mbak pengen sekali lagi, bolehkan Ton..
Wah.., Toni juga mau Mbak..!

Kucabut batang kejantanannya dari lubang kewanitaanku dan kembali kurasakan orgasme saat mencabutnya. Batang kemaluan adikku sudah mengecil sekarang, tapi tetap telihat gagah. Toni lalu duduk di pinggir kursi dan aku kemudian menjilati batang kejantanannya, Toni kembali mendesah, Ssshhh.., enak Mbak..!
Tangannya membelai rambutku dan kadang meremas payudaraku. Aku kembali terangsang dan batang kemaluan Toni dengan cepatnya kembali tegak dan kokoh. Aku lalu lari dan menceburkan diriku di kolam renang, Toni menyusul setelah membuka celana renang yang masih tertinggal di lututnya. Di kolam kembali kami berciuman, tapi sekarang Toni kubiarkan lebih agresif. Sambil duduk di tangga kolam, diciuminya bibir dan leherku, kemudian dihisapnya puting payudaraku.

Kemudian kurasakan Toni berusaha memasukkan batang keperkasaannya, tapi selalu meleset. Aku hanya tertawa kecil, lalu kubantu dia. Kupegang batangnya dan kuarahkan ke kemaluanku. Toni hanya tertawa kecil dan kemudian dia menekan rudalnya ke sarangku. Toni lalu menggerakkan pantatnya dan memompa senjatannya keluar masuk liang surgaku, nafasnya juga mulai memburu. Aku menikmati tekanan yang diberikan Toni dan rasanya nikmat sekali.
Akh.., enak sekali Ton, yang keras Ton..! Akh..!
Akhh Mbak.., kita pindah di kursi ya.. Di sini nggak enak.
Toni lalu mengangkat tubuhku, kulingkarkan kakiku di pinggangnya sehingga aku masih bisa bergerak walaupun Toni berdiri dan berjalan ke arah kursi tempat kami tadi.

Di baringkannya tubuhku, lalu Toni mulai memompa batang kejantanannya lagi, semakin lama semaki cepat. Aku mengimbangi gerakakn Toni dengan mengerakkan pantatku ke kiri dan ke kanan, kadang kuremas-remas pantat adikku yang kenyal. Nafas Toni mulai tidak teratur.
Lebih cepat Ton.. akh..!
Mbak.., Toni mau keluar Mbak, akh..!
Gerakan Toni semakin cepat, dan saat kulihat tubuh Toni mulai mengejang, kulingkarkan kakiku di pinggangnya. Toni menekan dan memasukan batang kemaluannya lebih dalam lagi.
Akh.., Mbak, Toni keluar Mbak, akhh.., Mbak.. ngeakhh...

Tubuhnya lalu rubuh di atas tubuhku. Tanpa mengeluarkan burungnya, kusuruh Toni berbalik dan aku mulai menggerakkan pantatku di atas tubuhnya. Batang kemaluan Toni memang mengecil, tapi lama-lama mulai mengembang lagi. Aku bergerak tidak karuan di atas tubuhnya, sampai beberapa saat kemudian aku orgasme, kupeluk erat-erat tubuh Toni. Setelah agak tenang, karena aku tahu kalau Toni belum keluar, kemudian aku turun dan mengulum batang keperkasaannya. Toni menggerakkan pantatnya ke kiri dan ke kanan dan kadang menusuk ke dalam mulutku. Selang beberapa waktu kemudian, batang kemaluannya seperti mengembang di dalam mulutku.
Akh.., Toni keluar lagi Mbak.. akhh..!
Maninya menyembur di dalam mulutku dan kutelan semuanya, kemudian kami berpelukan dan berciuman. Tanpa sadar kami tertidur di kursi, kepalaku kurebahkan di dadanya dan tubuhku di atas tubuhnya.

Sore hari kami dikejutkan oleh suara klakson mobil dan kami buru-buru bangun. Aku memakai bajuku yang berserakan di pingir kolam dan Toni buru-buru mengambil celana renangnya dan berlari ke kamarnya. Saat makan malam, kakiku mengeranyangi kakinya dan jari kakiku menekan batangnya yang mulai mengembang. Kedua orang tuaku sedikit keheranan dengan kelakuan kami, tapi mereka tidak pernah tahu dengan apa yang telah terjadi di antara kami. Malamnya seusai makan malam aku langsung masuk kamar, begitu juga Toni. Tengah malam aku terbangun karena Toni menciumi bibirku dan malam itu kami melakukannya lagi.

Sejak saat itu, secara sembunyi-sembunyi kami melakukannya, bahkan setelah aku menikah dengan pacarku, kami pun masih sering melakukannya, terutama saat suamiku sedang dinas keluar kota. Rahasia ini sampai sekarang masih kami pegang.

Saat pernikahan Toni aku memberikan sebuah hadiah. Setelah malam pengantinnya, kami melakukannya di gudang belakang rumah saat semua orang sudah terlelap. Toni bilang walaupun istrinya sekarang masih gadis, tapi tidak ada yang menyaingi aku. Makanya suamiku sangat betah di rumah karena servisku yang sangat memuaskan, tanpa tahu kalau aku selingkuh dengan adik kandungku sendiri.

Tidak ada komentar: